SPESIAL BUAT KALIAN YANG LAGI GALAU
Udah sejak jaman nenek moyang kita dulu, yang namanya orang Indonesia
itu emang punya kebiasaan buruk yang susah banget buat dihilangkan.
Contohnya aja sifat latah terhadap suatu hal yang sedang menjadi trend
di saat-saat tertentu. Sifat latah ini juga nggak melulu ngikutin trend
visual, tapi juga trend kebiasaan. Nggak jarang yang latah cuma
gara-gara kepengen bisa seperti sang trendsetter tanpa dengan bijak
menilai baik atau buruknya.
Ih kok
bisa? Bisa! Terutama kalo yang menyebarkan kebiasaan itu pertama kali
adalah orang yang dikenal masyarakat luas dan terlihat keren saat
melakukannya. Otomatis orang yang mengagumi mereka-mereka itu bakalan
mencoba untuk mengikuti dan tanpa disadari udah berubah jadi kebiasaan.
Inilah kenapa yang namanya jadi public figure itu berat. Soalnya apa-apa
yang mereka lakuin pasti memberi dampak perubahan juga bagi
pengikutnya. Makanya, public figure yang bijak adalah yang mampu membawa
hal positif, bukan yang sekedar mencari keuntungan semata tanpa
memikirkan dampak baik atau buruknya bagi banyak orang. Nah,
khusus yang pengen Gue bahas kali ini adalah suatu kebiasaan yang
bermula dari ulah public figure yang Gue nilai nggak bertanggung jawab.
Kebiasaan ini akhirnya banyak menyerang generasi muda yang seharusnya
penuh semangat untuk melakukan perubahan dan berkembang. Apa lagi coba
kalo bukan "galau"?
Kalo
kita ngeliat kata galau dari sisi bahasa, sebetulnya kata ini udah sejak
lama ada. Tapi, penggunaannya di dalam kepenulisan emang belum sebanyak
sekarang ini. Sebagaimana aturan perkembangan budaya, kata galau pun
saat ini udah mengalami perluasan makna. Kalo dulu, kita bisa
mengartikan kata galau secara sederhana dengan perasaan cemas, gelisah,
atau bingung, maka kali ini kata tersebut udah memiliki banyak banget
makna bergantung sama siapa yang menggunakannya.